Senin, 09 Juli 2012

AKU MENCINTAIMU APA ADANYA KAMU !


“Jangan ambil punyaku !” seru adikku ketika aku ingin mengambil kue chocolates kesukaannya.
Uppss sorry, padahal aku sedang tidak berada dekat dengannya. 

Tapi . . . haha, itulah kami. . .
“Ada apa itu ?” suara ibu berteriak.
“Gag ada apa-apa kok bu”, kataku segera pergi ke kamar.
Itulah kehidupanku dengan adikku. Kami sering berkelahi layaknya kucing dan anjing. Sesekali kami akur, kalau bukan aku yang harus mengalah, rumah ini serasa akan dijatuhi bom atom dari atas langit dengan ketinggian 100 meter. Haha, bayangin deh gimana jadinya dilempar bom yang akan meledak dekat dengan dimana kita berada -_-
“Shintany, ayo bantu ibu masak di dapur !” teriak ibuku.
“Iya bu, tunggu sebentar”, jawabku.
Aku Shintany, lahir dalam keluarga sederhana yang setiap hari harus sekolah dan membantu ibuku di dapur layaknya seorang perempuan sulung dalam rumah. Aku harusnya mempunyai kakak laki-laki, tapi itu harus tertunda dulu karena ibuku harus mengalami keguguran saat calon kakakku akan lahir ke Bumi. . .
Andai saja kakakku sempurna akan lahir ke dunia ini, pastinya aku tidak akan pernah berkelahi dengan adikku yang super nakal itu. 
“Shin, cepat dong !” suara ibu memanggilku lagi.
“Iya, baik buu . . .” segera berlari ke dapur.
Aku berlari-lari ke arah dapur, , ,
“BUUKKK !”
“Aduh sakiit”, seru adikku.
“Yaahh, maafin kakak yaa”, (aduhh, aku sebut kata maaf ?! nahh inilah saatnya aku harus mengalah, kalo gag. . . . .)
“Ada apa inii ?? kenapa adikmu, Shin ? apa yang kamu perbuat ?” Tanya ibuku cemas.
“Ngg . . . .”
“Kakak nabrak aku ma, dia lari-lari tadi di dalam rumah”, jawab adikku.
“Shintanyyyyy . . .?!!” kata ibu sambil menghela nafas.
“Iya bu, maaf. Tadi kan ibu yang manggil aku, makanya aku cepat-cepat mau ke dapur”, jawabku.
Nah tau sendiri kan, adikku itu si tukang ngadu. Sedikit salah, harus aku yang minta maaf duluan, kalo gag yaaa aku yang bakalan dimarahi ibu . . .

∞∞∞ 

“Shintany! Cepat bangun, kamu harus sekolah kan ?!” teriak ibu sambil mengetuk pintu kamarku. 
Aku belum juga bangun, entah mimpi apa, sampe-sampe jatuh dari tempat tidur, 
“Gubraak !”
“Aww sakiitt”, rintih suaraku karena jatuh dari tempat tidur dan segera melihat ke arah jam weker.
“ASTAGAA !!! Aku terlambat !” aku tergesa-gesa pergi ke kamar mandi.
Ini adalah tahun ajaran baru, dan hari ini adalah hari senin. Di sekolah pasti penuh dengan murid baru dan upacara pun akan segera di mulai. Bergegas aku pergi ke luar komplek, mencari ojek atau angkot yang bisa memboyong aku dalam waktu 10 menit sampai gerbang sekolahku.
“Wuuuussssss !”
“Mas, cepetan dikit dong ! aku udah terlambat nih”, seruku kepada tukang ojek depan komplek.
“Iya neng, ini juga lagi macet, sabar sedikit neng”, jawab tukang ojek.
“Wahh ini mah aku gag bisa sabar”, seruku dalam hati.
“Ini mas uangnya, sudah sampai sini ajha”, segera aku memberi uang kepada tukang ojek itu dan berlari di tengah kemacetan.
Pintu gerbang akan segera di tutup dan syukurnya aku masih bisa lolos masuk tanpa dikejar-kejar satpam lagi.
Segera aku memakai topi upacaraku dan menyempil masuk ke dalam barisan.
“Kepada Sang Merah Putih, Hormat Geraaakkk !!” suara pemimpin upacara tegas.
Aku pun menaikkan tanganku sejajar pada dahiku, menandakan akupun masih menghormati bendera bangsa tercintaku ini. 
“…… Hiduplah Indonesia Rayaa”, lantunan tim paduan suara sekolahku mengakhiri lagu kebangsaan tersebut.
“Tegaaakk Geraaak !!” pemimpin upacara kembali menyiapkan pasukannya.
“Awhhh !!!” seruku hingga mengenai barisan yang ada di depanku. “Heeii !!!”
“Ssstttt !! Jangan berteriak ! Biarkan aku berbaris di sampingmu. Tutupi aku sebentar saja !” kata seorang cowo yang sepertinya baru saja datang terlambat dan menjadi sasaran guru BK.
Guru BK pun tak melihatnya dan pergi meninggalkan barisan kami.
“Heii kamu ! Kenapa mesti berbaris disini ! Gag ada apa tempat yang lebih luas lagi agar kamu bisa lepas dari tatapan Kepsek yang sedang bicara di depan kita ini ?!” tegurku kesal bicara berbisik kepadanya.
“Maaf ! Aku siswa baru disini. Aku gag tau harus baris dimana”, jawabnya.
“Waahh wahh rupanya kamu siswa baru, kenapa baru pindah saat kelas 3 SMA ?! Tanggung sekali kamu melanjutkannya disini”, kataku.
Hmm,, cowonya sih lumayan. Lumayan apa yaaa ?! Ganteng ? Relatif. Rambut ? Okelah. Hidung ? Gag mancung-mancung amat. Gigi ? Lumayan rata. Haha, sudahlah ini hanya pemikiran kecilku setiap bertemu cowo asing di sekitarku.
“Heii kalian yang berbaris di samping pohon mangga !! Coba kalian maju ke depan !” kata Kepsek yang sepertinya memanggil kami berdua ke depan.
Aku celingukan ke kiri ke kanan melihat siapa yang dipanggil oleh pak kepala sekolah, dan ternyata aku dan cowo nyebelin itu yang dipanggil beliau ke depan.
Kami pun maju dengan wajah sedikit malu, karena kami berbuat ulah dan sampai di suruh maju segala. Huuuhhh, mimpi apa aku semalam ?!!!
Pak kepala sekolah menegur kami dan kami diberi peringatan. Cowo itupun menjelaskan bahwa dia adalah siswa baru di sekolah ini.
Huuhh, akupun keluar dari ruang kepsek dan kembali ke kelas. Aku ngeremon sendiri di lorong menuju kelas gara-gara cowo tadi, hingga aku menoleh ke belakang dan aku melihat bu guru sedang berjalan menuju kelasku dari arah ruangg guru.
Waaa, segera aku berlari ke kelasku lebih cepat. 
“Siap beri salam !” seru ketua kelasku.
“Selamat Pagi, Bu !” sahut kami serempak.
“Haahhh ! Itu kan cowo tadi. Ngapain dia disini ?!” pikirku dalam hati.
“Nahh anak-anak, hari ini kita kedatangan siswa baru pindahan dari Tangerang”, kata bu guru. “Silahkan perkenalkan dirimu”, lanjutnya sambil melihat ke arah cowo itu.
“Terimakasih, Bu!” jawab cowo itu. “Selamat pagi teman-teman. Namaku Rama. Aku pindahan dari Tangerang. Mohon bantuannya”, lanjutnya memperkenalkan diri.
“Rama, sekarang kamu boleh duduk di sebelah Shintany”, kata bu guru sambil menunjuk ke arah bangku kosong di sebelahku.
“Tapi, Bu.. Ini kan tempat duduk Dewii”, sahutku.
“Kemana dia hari ini ?” Tanya bu guru.
“Dia sakit, Bu” jawabku.
“Yaa sudah, biarkan saja Rama menempati bangkunya dulu”, kata bu guru.
“Huuuhh, kenapa mesti cowo ini lagi sih ?! Nanti bisa-bisa aku sial lagi deh”, ucapku dalam hati.
“Haii… Kita ketemu lagi”, sapanya.
Aku hanya senyum kecil saja kepadanya dan segera mengeluarkan buku dari ranselku.
“Kita belum kenalan secara resmi nih”, ucap Rama. “Aku Rama”, lanjutnya sambil menjulurkan tangannya ke hadapanku.
Dalam hatiku, “Gag bisa apa yaa kenalan nanti ajha ?! Gag tau apa kalo ini guru lumayan galak kalo ada siswa yang gag perhatiin pelajarannya !”
“Hmm, aku Shintany”, jawabku sambil bersalaman dengannya.
“Mohon bantuannya ya Shin, aku blom tau banyak disini”, kata Rama.
“Iyaiyaa nanti aku bantu”, jawabku singkat, padat, dan jelas.
“Terimakasih cantiik”, ucap Rama sedikit pelan.
“Whaaatttt !!!” teriakku terkejut.
“Ada apa Shintany ?” Tanya bu guru. 
“Ngg. . . Gag ada apa-apa kok, Bu. Kakiku hanya keinjak”, jawabku.
“Kamu ini mengganggu saja, ayoo maju ke depan kerjakan soal di papan !” ucap bu guru.
“Alamaaaakkk ! Ketiban sial apa lagi aku iniii . . . Huuuhh”, seruku sambil berdiri keluar dari bangkuku.
“Semua ini gara-gara Ramaaaaa !!!” omelku dalam hatii.

∞∞∞ 

“Krrriiinnggg, kriiiingggg, krriiingg”, bel pulang berbunyi. 
Segera aku merapikan buku serta alat tulisku dan bergegas lari keluar kelas.
“Shin, tunggu Shin !” ucap Rama sambil mengejarku.
Aku berlari menghindari Rama di tengah keramaian siswa lain yang berjalan di lorong kelas.
“Shintany tungguu !!” kata Rama sambil memegang tanganku.
“Awwwhhh !” jeritku kesakitan karena tanganku terkena paku di dinding lorong ketika Rama menarik tanganku.
“Astagaa !! Maafkan aku . . Tanganmu berdarah, sini aku obatii”, seru Rama di tengah keramaian.
“Gag usah, Ram ! Aku buru-buru harus cepat pulang”, ucapku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya.
“Tapii Shin . . . . . “, teriak Rama.
Akhirnya aku berhasil kabur dari cowo baru itu. Huuuhh, leganyaaa . . . . .
Awhh tapi tanganku berdarah karena kejadian tadi, segera aku keluarkan saputangan putih dari saku rokku. Menutupi dulu lukaku agar tidak terinfeksi. Celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri gag ada angkot dan tukang ojek yang lewat karena kemacetan sedang melanda di depan area sekolahku. Akhirnya akupun berjalan diatas aspal panas di siang hari ini -_-
“Akuu pulangg !” seruku membuka pintu.
Berlari ke dapur, membuka kulkas, ‘suuiing suuingg’ deh semilir angin dingin di lemari es ini. 
“Bu, di sebelah ada tetangga baru ya ?” tanyaku sambil meminum air es dari kulkas.
“Iya Shin, cepat gantii bajumu, belikan ibu tepung terigu di warung depan yaa”, kata ibu.
“Huufhht, bisakah hidupku tenang sebentarr ?!” kataku sambil berjalan ke arah kamarku.
Setelah ganti baju, aku pun pergi ke warung depan seperti pinta ibuku tadi.

∞∞∞ 

“Ramaa ! kemari sebentar cepat bantu ibuu !” seru ibu Rama. 
“Ada apa, Bu ?” tanya Rama.
“Tolong berikan kue ini ke tetangga sebelah, bilang saja ini dari ibu sebagai tanda perkenalan kita sebagai warga baru”, kata ibu Rama.
“Iya baik, Bu”, ucap Rama segera pergi.
“Permisii !!! Selamat siang !” kata Rama sambil mengetuk pintu.
“Oh iya, ada apa nak ?” sahut ibuku.
“Ini ada sedikit kue dari ibu di rumah, Tante. Mohon diterima”, ucap Rama ramah.
“Ooo kamu anak tetangga baru itu ?” tanya ibuku.
“Iyaa, Tante. Kami pindahan dari Tangerang. Mohon bantuannya yaa tante”, jawab Rama lagi.
“Ohh iya, terimakasihh banyak yaa. . Siapa namamu ?” tanya ibuku.
“Aku Rama, Tante”, jawab Rama.
“Ayoo Rama silahkan masuk”, ibuku mempersilahkan dia masuk.
“Oh lain kali saja, Tan. Aku masih harus membantu ibu lagi”, kata Rama.
“Ooo iya baiklah kalau begitu, salam sama keluarga di rumah yaa”, seru ibuku.
“Iya, Tante. Aku permisi dulu yaa”, ucap Rama pamit.
Rama pun pergi dan tidak jadi mampir ke rumahku, dann . . . . .
“Aduuhh !!” rintihku karena tertabrak orang di depan rumahku. “Kalau jalan hati-hati donk, Mas !”
“Maaf, Mbak !” kata Rama.
(Saling menatap ke depan dari yang semula marah sampaii akhirnya . . . . . )
“Shintany !” seru Rama.
“Kamuu !!” seruku terkejut. “Ngapain kamu ada disini ? Kamu ngikutin aku yaa ?!!”
“Gag kok, aku tetangga baru disini. Oh ini rumahmu yaa ?” tanya Rama.
“Iya ini rumahku, emang kenapa ?!” kataku dengan nada marah.
“Kok galak amat sih kamu, Shin ?” ucap Rama polos.
“Iya, emang aku galak ! Trus mau apa ?!!” jawabku judes sambil masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan keras.
“Salahku apa yaa ? Kok marah-marah mulu’ tuh anak ?!” pikir Rama dalam hati.

∞∞∞ 

“Ibuuuuu !!!” teriakku. 
“Ada apa sih, Shin ? Kok baru datang teriak-teriak ?!” tanya ibu.
“Ngapain tuh anak ke rumah kita ?” tanyaku ketus.
“Siapa ? Rama ?? Kan dia tetangga baru kita, Shin. Dia cuma mau kasi kita kue ajha kok. Kamu sudah kenal dengan dia ?” kata ibu.
“Ibu tau siapa dia ?? Dia itu murid baru di kelasku yang setiap aku ketemu dia pasti aku sial !” jawabku sambil meneguk segelas air dingin.
“Waawww . . . kok bisa yaa ?! jangan-jangan kamu jodoh kali sama Rama, Shin”, ucap ibu menggoddaku.
“Ihhh ibu apaan sih !” kataku sambil pergi ke kamar.
Aku pun pergi ke kamar, naik ke tempat tidur, dan segera memeluk guling kesayanganku dan berharap tak ada seorang pun yang mengganggu tidur siangku kali ini.
. . . . . . . . zzz Zzzzz. . . .
“Kaaakkk !!! Ayo anterin aku donk !” seru adikku sambil mengetok pintu dengan keras.
Aku sebenarnya males bangun, baru sebentar tidur sudah diganggu. Huuhhh. Gulingku tetap menutup telingaku dengan erat.
“Kaaakkkk !!!!!!” teriak adikku.
Aku pun terpaksa bangun dari tidurku. Walaupun rasanya badan ini berat sekali untuk bangkit. 
“Iyaiyaa, tunggu sebentar !” jawabku setengah sadar.
Aduuhhh, sumpah deh demi apapun, aku MALASS ! Huuhh, sepeda dengan cepat ku keluarkan, , ,
Adikku pamit kepada ibuku, dan aku, , , “ahh biarin ajha deh” . .
“Bu, aku pergi !” teriakku sambil meninggalkan rumah.
“Wuuuussss !” Seperti sepeda motor dengan kecepatan 80 km/jam nih sepedaku.
“Kak, pelan-pelan dong”, ucap adikku.
“Udahh, tenang ajha”, kataku.
Hingga di depan komplek rumahku . . .
“Kaakk, awaasss !” adikku menjerit.
“Waaaaaaaaaaaa !!!”
Sepeda yang kukendarai menabrak sebuah mobil Jazz biru, syukurnya adikku selamat, dan aku . . .
“Shin, Shintany, kamu gag kenapa-kenapa ?” terdengar sebuah suara ketika aku mulai siuman.
“Aku dimana ?” ucapku kebingungan.
“Kamu di rumah sakit, Shin” kata ibuku.
Ketika aku ingin menegakkan badanku, tiba-tiba . . .
“Bu, kenapa kakiku ? kenapa tidak bisa digerakkan ?!!” ucapku histeris.
“Sabar sayang, ibu panggilkan dokter dulu”, kata ibuku panic.
Dokterpun datang dan memeriksaku. Kata dokter tulang kaki kananku patah dan harus memakai kursi roda untuk sementara waktu. Aku menangis mendengar kabar tersebut. Kenapa bisa begini kejadiannya.
“Shin, kamu gag kenapa-kenapa kan ?” tanya seorang cowo yang tiba-tiba datang dan ternyata adalah Rama.
“Ngapain kamu kesini ?” ucapku kesal.
“Shin, nak Rama yang membawamu kesini”, kata ibuku.
“Kenapa mesti dia, Bu ?! Apa dia yang menabrakku tadi ? Jawab, Bu !” tanyaku.
Ibuku terdiam, dan bingung harus berkata apa kepadaku.
“Iya, aku yang menabrakmu, Shin. Ketika kamu mengendarai sepeda bersama adikmu dan berjalan keluar komplek. Aku minta maaf, Shin” ucap Rama sedih.
“Apa perlu kata maaf ?! Sekarang aku tidak bisa apa-apa lagi ! Pergi kamu dari sini, Ram ! Aku gag mau lihat wajahmu lagi ! Dari awal kita ketemu, kamu udah bikin aku sial !” teriakku geram. “Pergiii !!!”
Rama terlihat sedih ketika aku berkata demikian. Entah apa yang udah aku perbuat. Aku terlalu berpikir buruk tentang dia. Dari awal aku terus menyalahkan dia. Pertama kita ketemu sejak upacara itu. Sebenarnya itu gag sepenuhnya salah dia. Coba ajha kalau waktu itu aku membiarkannya baris di dekatku dan tidak berteriak ketika dia mengajakku bicara, pasti kita gag bakalan dipanggil kepsek. 
Kemudian, waktu di kelas. Coba ajha aku gag teriak dan gag menghiraukan apa yang dia katakan, pasti bu guru juga gag bakalan manggil aku ke depan.
Dan terakhir, saat aku kecelakaan, itu juga bukan sepenuhnya salah dia. Aku yang terlalu terburu-buru karena aku gag sabaran ingin cepat-cepat kembali tidur setelah mengantar adikku. Tapi kenapa semuanya kusalahkan kepadanyaa ?! 
Beberapa bulan setelah kejadian itu, aku tidak pernah mendengar kabar dari Rama lagi. Dia gag pindah sekolah sih katanya, tapi aku jarang lihat dia. Sekarang aku gag menggunakan kursi rodaku lagi, aku sudah menggunakan satu tongkat saat ini. Aku merasa bersalah sekali. Aku bener-bener gag enak sama dia.
“Shin, ke Perpus yuk ?!” ajak Dewi.
“Ayoo, Dew”, jawabku.
Aku pun pergi ke perpus ikut nemenin Dewi cari-cari buku baru di Perpustakaan.
“Shin, aku kesana dulu yaa ?!” ucap Dewi.
“Iya, Dew”, kataku. 
Si Dewi kalau udah di perpus, pasti lama banget lihat-lihat bukunya. Yaah daripada aku juga bete’, lebihh baik ikut lihat-lihat buku deh.
Ketika aku ingin mengambil sebuah buku di bagian sastra, buku lain ikut terjatuhhh . . .
“Waaa !”
“Ada apa itu ?” tegur penjaga perpustakaan.
“Maaf, Pak. Akan ku bereskan semuanya”, kataku.
Ketika aku ingin membereskannya, tiba-tiba ada seorang cowo yang membantuku membereskan buku-buku tersebut. . .
“Sini biar aku bantu”, ucapnya.
Ketika aku mengambil dan membereskan buku-buku itu, aku menoleh ke arahnyaa, dan . . .
“Ramaa !” ucapku kaget.
“Shintany ?!” balas Rama. “Ini bukunya, Shin. Lain kali hati-hati yaa. Maaf, aku harus pergi”, lanjut Rama terburu-buru.
“Tunggu, Ram ! Kamu masih marah ya sama aku ?” tanyaku.
“Ngg . . . .” (Rama terdiam)
“Bisa kita ngomong sebentar ? Tapi gag disini ya”, kataku.
Aku pun mengajak Rama pergi ke pohon Cinta di belakang sekolah, kami kayak patung di bawah pohon ini. Aduhh, kok jadi gugup begini yaa . . . ?!
“Ram, maafin aku yaa ?! Kamu masih marah ya sama aku ? Aku bener-bener minta maaf”, ucapku serius.
“Hmm . . Siapa yang marah, Shin ?” kata Rama.
“Yaa, kamu Ram. Setelah perkataanku kepadamu beberapa bulan lalu”, jawabku gugup.
“Ohh, Aku gag marah kok”, jawabnya singkat.
“Tapi kenapa kamu menghindar dari aku semenjak kejadian itu ?” tanyaku cemas.
“Siapa yang menghindar, Shin ?! Aku belakangan ini sibuk belajar ajha. Aku sekarang ikut kelas akselerasi, aku ikut percepatan kelas, makanya aku jarang keluar kelas belakangan ini, tapi aku sering ke perpus kok”, jawab Rama.
“Ohhh”, (aduhh kok jadi deg-degan gini yaa ?!)
“Shin ??” tegur Rama.
“Iyaa, Ram”, jawabku.
“Kok diam ?” tanya Rama.
“Ngg . . . . . “ (aku bingung mesti gimana sekarang)
“Shin, , , (Rama megang tangan aku) sebenernya aku udah siapin ini sejak lama. Aku takut ungkapin ini karena kamu galak banget sihh . . . Sebenernya dari pertama kita ketemu, aku udah suka sama kamu. Kamu cantik, kamu polos, kamu apa adanya Shin. Dan aku suka itu”, ucap Rama sambil menatap aku. “Sebenernya hari saat kamu kecelakaan itu aku ingin mengajakmu pergi, aku ingin mengenalmu lebih dekat, tapi kamu sudah terlanjur benci kepadaku”, lanjutnya.
Aku terdiam, sambil mencubit tanganku tak percaya ini mimpi atau tidak. . .
“Kamu gag mimpi, Shin ! Aku serius. Kamu juga suka kan sama aku ?”ucap Rama sedikit PeDe.
“Apaan sih kamu, Ram ?! kataku sambil melepas genggamannya.
“Shin ! Tatap aku ! Bilang kalo kamu mau membalas cintaku !” ucap Rama serius.
“Iyaaa, Ram…. Aku juga suka sama kamu !” jawabku sambil meneteskan air mata.
Rama menatap tajam mataku dan kemudian memelukku.
“Tapi sekarang aku pincang, Ram. Aku sekarang harus menggunakan tongkat ini saat berjalan”, ucapku sedih.
“Aku gag peduli, Shin ! Yang penting AKU MENCINTAIMU APA ADANYA KAMU ! 

titik !!!”
Rama pun memelukku erat tubuhku lagi dan aku terharu hingga meneteskan airmata . . . 


∞∞∞

THE END


-AD-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar